Ujungan!! Tari adat memanggil hujan dari Banjarnegara
By Yogo Adi Nugroho - February 04, 2016
Indonesia merupakan sebuah negara besar dengan kebinekaannya. Indonesia merupakan negara dengan jumlah kebudayaan yang amat besar. Indonesia bisa dikatakan sebagai surga budaya, hal ini dapat terlihat dari banyaknya wisatawan yang memilih indonesia sebagai destinasi wisata masyarakat manca.
Salah satu kebudayaan yang banyak terdapat di Indonesia adalah sebuah ritual yang dilakukan dimusim kemarau. Pada musim ini banyak warga indonesia yang melakukan ritual meminta hujan yang memiliki kekhasan dan keunikan disetiap daerahnya. Ritual tersebut diantaranya sholat istisqa, manten kucing atau penganten kucing yang berasal dari tulungagung, cowongan dari Banyumas, Ojung ritual dari Bondowoso, Cambuk badan tiban dari tulungagung, serta gedub ende dari Bali. Dari banyaknya ritual tersebut, kita sebagai masyarakat banjarnegara perlu berbangga karena kita juga punya ritual yang sama seperti beberapa daerah tersebut, yaitu Ujungan.
Tari Ujungan Banjarnegara, Jawa tengah |
Upacara adat ujungan sendiri pada awalnya merupakan sebuah kegiatan latihan keprajuritan yang diajarkan atau dilakukan oleh para prajurit pangeran Diponegoro kepada para pemuda Banjar Watulembu (Banjarnegara) latihan ini bertujuan memberi keterampilan bela diri kepada para pemuda guna menghadapi serangan dari penjajah belanda.
Setelah sekian waktu, Ujungan atau yang juga dikenal dengan tarian Sabet bertransformasi menjadi sebuah ritual upacara adat untuk memohon turun hujan.
Dibanjarnegara, ritual ini tumbuh dan berkembang di Desa gumelem Wetan dan sekitarnya masih setia nguri-uri atau melestarikan Ujungan sejak tahun 1980 terbentuk sebuah Paguyuban Kesenian Ujungan dengan nama GIRING BUDAYA.
Pelaksanaan Upacara adat Ujungan ini sekarang sudah dikemas sabagai sebuah pertunjukan kesenian, namun ciri khasnya tetap dipertahankan sehingga tetap unik dan menarik. Upacara Ujungan ini biasanya dilakukan pada musim kemarau, dan dilaksanakan pada hari jum’at Siang setelah sholat jum’at.
Itulah sedikit mengenai budaya atau ritual memanggil hujan dari Banjarnegara. Kita sebagai generasi muda sudah sepantasnya untuk melestarikan dan mengenalkan budaya kita pada masyarakat diluar sana, jangan palah kita sebagai bangsa indonesia lupa dengan budaya kita, lupa dengan ciri khas kita.
0 komentar